Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..^_^

hanya ingin berbagi semoga bermanfaat...

Sabtu, 19 Juni 2010

EKSTRAKSI VAKUM (bY Suci Wd Kel 3)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN

Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya. ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 ; 331 )
Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi.
( Maternal dan Neonatal ; 495 )
Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor. ( Sarwono ; Ilmu Kebidanan ; 831 )
Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor.
( Standar Pelayanan Kebidanan ; 60 )
Ektraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malstrom.
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom.prinsip dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum ( tekanan negative ) melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul kaput secara artivisiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi.

Pengaturan tekanan harus di turunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum.
Ekstraksi vakum merupaka tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu danekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum).
2.2 PRINSIP
• Membuat caput buatan karena pemberian tekanan negative.
• Sepuluh atau lima belas menit sejak dimulai penarikan diharapkan anak sudah dilahirkan.
• Persentasi kepala dan pembukaan hamper lengkap.
• Dijumpai kala II yang memanjang.

2.3 ALAT-ALAT EKSTRAKSI VACUM

1. Mangkok(cup)
Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic kurang traumatis disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat:
o Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik
o Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung
o Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction)
Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan atau udara.
2. RantaiPenghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll )
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
o Saluran manometer
o Saluran menuju ke mangkuk
o Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompapenghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
2.4 INDIKASI

• Kala II memanjang
• Kelelahan ibu
• Malposisi
• Gawat janin ringan
• Upaya untuk mempersingkat kala II karena alas an tertentu misalnya persalinan p/v pada secsio Caesar dan penyakit lain.

2.5 KONTRA INDIKASI

• Malpresentasi (dahi, puncak, kepala, muka, bokong).
• Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul)

2.6 PERSYARATAN
1 Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
2 Presentasi kepala
3 Cukup bulan (tidak prematur)
4 Tidak ada kesempitan panggul
5 Anak hidup dan tidak gawat janin
6 Kontraksi baik
7 Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan (Refleks Mengedan baik)
2.7 PROSEDUR

1. Indikasi / syarat terpenuhi

o Kaji ulang dengan syarat-syarat:

Presentasi belakang kepala/verteks;
Janin cukup bulan;
Pembukaan lengkap;
Kepala di H III-IV atau 1/5 – 2/5.

2. Periksa kelengkapan alat

I. Pasien

1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan perlengkapan perlatan ekstraksi vakum.
3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4. Medikamentosa

a. Oksigen
b. Ergometrin
c. Prokain 1%

5. Larutkan antiseptik (Povidon lodin 10%)
6. Oksigen dengan regulator
7. Instrumen
a. Set partus : 1 set
b. Vakum ekstraktor : 1 setc. Klem ovum : 2
c. Cunam tampon : 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai) : 2
e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
II.Penolong (operator dan asisten)

1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set
2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang
3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang
4. Instrumen
a. Lampu sorot : 1
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1
III.Bayi
1. Instrumen
a. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set
b. Kain penyeka muka dan badan : 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1
d. Inkubator : 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23/ insulin (sekali pakai) : 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2
h. Popok dan selimut : 1
i. Alat resusitasi bayi
3. Posisi ibu
4. Pemeriksaan dalam ulang
5. pemasangan cup atau ukuran
6. Penurunan tekanan bertahap
7. melahirkan anak atau resusitasi
8. evaluasi jalan lahir
2.8 TEKNIK TINDAKAN EKSTRAKSI VACUM
1. Ibu dalam posisi litotomi (Mac Robert) dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar vulva ditutup dengan kain steril
2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, pilih mangkuk atau cup yang sesuai. dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Pasang pada bagian terendah menjauhi ubun-ubun besar dan perhatikan posisi ubun-ubun kecil

4. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negative yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik
o
5. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
6. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
7. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul. Ibujari dan jari telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

2.9 TEKNIK VAKUM EKSTRAKSI
a. anestesi / asissten : anestesi adekuat dan tim neonatal yang baik
b. bladder : kandung kemih kosong
c. cerviks pembukaan lengkap,ketuban sudah pecah.
d. Determine:posisi,station dan panggul baik.hati_hati distosia bahu.
e. Equipment:tes cup,karet,tombol katup dan tekanan.
f. Fontanelle:letekkan posisi cup pada sutura sagitalis mengenai ubun-ubun kecil.periksa dengan jari sekeliling cup,apakah ada jaringan yang terjepit.
g. Gentletraction:naikkan tekanan -100 mmhg perlahan dan diantara kontraksi.tarik apabila ada kontraksi.naikkan hingga -600 mmhg ibu disuruh mengedan bila his +,tarikan sesuai dengan sudut jalan lahir.
h. Halt:gagal bila ada “the rules of threes”
i. Incision:episiotomy jika ada kemungkinan robekan perineum.
j. Jaw:lepaskan cup ketika rahang bawah lahir atau persalinan lengkap.

2.10 BEBERAPA PERTIMBANGAN
 Episiotomy perlu atau tidak
 Perhatikan sewaktu mulai menarik apakah kesannya berat
 Antisipasi kemungkinan gagal
 Kesadaran atas keterbatasan peralatan dan kemampuan
2.11 GAGAL VAKUM(RULES OF THREES)
 3 tarikan, lebih dari 3 kontraksi tidak ada kemajuan
 3 kali cup lepas
 30 menit tidak ada kemajuan
2.12 SEBAB-SEBAB CUP LEPAS
 Tenaga vacuum terlalu rendah
 Tekanan negative terlalu cepat
 Ada selaput ketuban
 Ada bagian jalan lahir yang terjepit
 Kordinasi tangan kiri dan kanan tidak baik
 Teraksi terlalu kuat
 Cacat pada alat atau kebocoran
 Ada disproporsi feto pelvic
2.13 KOMPLIKASI
 Kegagalan
 Trauma jalan lahir atau laserasi
 Trauma janin
 Kaput yang panjang atau besar
 Cephal hematoma
 Trauma cerebral
2.14 KEUNTUNGAN TINDAKAN EKSTRAKSI VACUM
 Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekwensi SC
 Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
 Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
 Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
 Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).
2.15 KERUGIAN TINDAKAN EKSTRAKSI VACUM
Kerugian dari tindakan fukum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.

2.16 YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM TINDAKAN EKTRAKSI VACUM
• Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
• Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
• Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
• Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
• Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
• Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
• Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature
2.17 BAHAYA-BAHAYA TINDAKAN EKSTRAKSI VACUM
1. Terhadap Ibu
o Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
2. Terhadap Anak
o Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari,
2.18 PENGARUH EKSTRAKSI VAKUM PADA KECERDASAN ANAK
Tidak semua persalinan seseorang bisa berlangsung lancar secara normal, kadang akan melalui proses persalinan buatan dengan alat ektraksi vakum , forseps, atau melalui proses operasi Caesar. Cara persalinan buatan dengan ekstraksi vakum relatif banyak digunakan para dokter kebidanan saat ini, teknik persalinan buatan ini relatif aman baik bagi ibu maupun bayinya.
Selama ini banyak beredar rumor di masyarakat tentang dampak buruk ekstraksi vakum bagi kesehatan anak, sehingga para ibu takut dan menolak dilakukan ekstraksi vakum sehingga meminta tindakan operasi Caesar. Sebenarnya alasan penolakan sang ibu tersebut kurang tepat karena semua tindakan persalinan dengan alat bantu tersebut jika dilakukan oleh tenaga terlatih/profesional yang kompeten, tetap aman bagi bayi dan ibu.
Penggunaan alat ekstraksi vakum bertujuan membantu sang bayi lahir tepat waktu sesuai kesepakatan umum yang dipakai para ahli kebidanan yakni pada kehamilan pertama rentang waktu mengejan antara sampai 2 jam dan untuk ibu yang sudah pernah melahirkan dengan rentang waktu hingga 1 jam, malah rentang waktu tersebut bisa dipersingkat atas indikasi bayi atau ibu. Semua batasan waktu yang dipakai tersebut demi upaya menurunkan risiko angka kesakitan dan kematian terhadap bayi.
Teknik melahirkan bayi menggunakan alat vakum telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi risiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954. Alat ekstraksi vakum dibuat dalam dua bentuk. Ada yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan. Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif,sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan. Penggunaan alat ektraksi vakum pada persalinan buatan hanya untuk tenaga tambahan bukan menggantikan tenaga mengejan ibu, kekuatan dan teknik dalam menarik kepala bayi inilah yang sering menjadi faktor risiko terjadi komplikasi terutama untuk bayi. Bila tarikan terlalu kuat berisiko terjadi perdarahan dibawah kulit atau perdarahan otak. Karena dilakukan tarikan kepala bayi dengan ala
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi Caesar, yang sudah tentu membutuhkan biaya relatif lebih besar dan risiko dari tindakan operasi terhadap ibu, bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum.
Hal yang sering membuat sang ibu takut anaknya dilahirkan dengan ekstaksi vakum adalah akibat terbentuknya kaput (kulit kepala anak yang menonjol) segera saat bayi lahir, sebenarnya kaput tersebut tak perlu dirisaukan sebab kaput tersebut memang harus ada untuk tempat kepala bayi tersebut. Seorang tenaga profesional dalam melakukan tarikan telah mempunyai feeling atau rasa dalam kekuatan tarikan yang diberikan, operator biasa dapat menilai apakah tarikan yang diberikan telah sesuai dengan menilai ada bagian kepala anak yang turun dari jalan lahir. Bila tarikan yang diberikan telah optimal tapi tidak signifikan dengan majunya kepala bayi, dokter/operator kemungkinan akan mempertimbangkan tindakan operasi Caesar, demi mencegah hal komplikasi yang tidak diinginkan
Komplikasi yang sering terjadi pada tindakan partus buatan dengan ektraksi vakum, biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan. Kadang sering juga operator menghadapi kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap untuk operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam, walau dokter telah merasa tarikan vakum sangat berat. Dampak dari anak yang dilahirkan dengan bantuan alat ektraksi vakum bila dilakukan oleh tenaga profesional biasanya tetap aman, seperti laporan penelitian yang dilakukan oleh Towner dkk dari California (1999) dari 583.400 wanita, selama 2 tahun, baik melalui operasi, tarikan forseps, vakum dan lahir spontan. Dari hasil penelitian tersebut terlihat risiko terjadi perdarahan intrakranial pada bayi sangat bervariatif baik ibu melahirkan secara normal, memakai alat maupun dengan lahir dengan operasi Caesar. Sebagai contoh, risiko terjadi perdarahan intrakranial akibat tindakan vakum 1 0rang setiap 860 tindakan, sedangkan akibat lahir spontan 1 kasus setiap 1900. Sedangkan bila bayi lahir dengan tarikan forseps risiko perdarahan otak hanya 1 kasus setiap 600 bila dibandingkan dengan operasi Caesar 1 kasus setiap 900. Hasil penelitian tadi memberi gambaran pada kita tentang kecilnya risiko terjadi perdarahan otak pada bayi yang dilahirkan dengan ekstraksi vakum
Sedang dalam hal pengaruh terhadap kepintaran sang anak juga tidak ada perbedaan yang bermakna, mari kita amati penelitian yang dilakukan Seidman dkk(1991) di West Yerusssalem Hospital setelah sang anak berusia 17 tahun, anak yang dilahirkan spontan mempunyai inteligen skore 105, kelahiran dengan Forseps 104, anak yang lahir dengan vakum 105 dan dengan operasi Caesar 103.
Malah hasil anak yang dioperasi memberikan hasil Inteligen skor yang relatif rendah dari lahir pervaginam. Bila kita kaji hasil penelitian ini memberikan masukan yang jauh berbeda dengan anggapan masyarakat selama ini, seolah-olah kalau mau anak pintar sebaiknya lahir denan operasi Caesar. Tindakan operasi pasti sangat praktis karena segera kita dapat melihat bayi lahir, akan tetapi perlu dingat dan dipertimbangkan tindakan operasi mempunyai risiko komplikasi.
Pilihan tindakan operasi sebaiknya hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memang mutlak diperlukan bukan oleh karena alasan –alasan yang irasional. Karena kalau dengan alasan akan kepintaran anak, jelas-jelas tidak beralasan karena dari beberapa penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata lebih baik atau bermakna tingkat intelegensi anak yang dilahirkan dengan operasi Caesar dengan lahir normal atau tindakan ekstraksi vakum.
Masalah Keluhan komplikasi ringan yang sering ditakutkan dari kelahiran dengan alat vakum akibat adanya caput sebenarnya tak perlu dirisaukan karena caput tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Pada persalinan normal dengan waktu lahir memanjang capu bisa juga di temukan pada kepala bayi, caput tersebut muncul sebagai adaptasi kepala anak terhadap proses turunnya kepala melalui jalan lahir.Caput di kepala akan besar bila kekuatan sakit akibat kontraksi rahim (his) yang terjadi sangat kuat akan tetapi pembukaan tetap kecil, dan caput lebih besar bila ketuban sang ibu telah pecah lebih awal.
Risiko komplikasi lanjutan bisa terjadi berupa perdararahan dibawah kulit kepala (cephalohematom) atau perdarahan didalam rongga (intrakranial hemorhagi) akan tetapi sangat jarang.. Kedua komplikasi ini mudah dibedakan dengan caput suksedadeum yang lahir normal atau dengan tindakan vakum, pembengkakan dikepala(caput) akibat tindakan vakum akan hilang dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Sedang perdarahan dibawah kulit (cephalo hematom) yang terbentuk beberapa jam setelah lahir dan akan hilang seminggu kemudian, bahkan ada kasus yang hilang sampai berbulan-bulan. Bila terjadi perdarahan otak akan dikelola bersama bersama tim dokter bedah saraf atau bedah anak, dan dokter anak(perinatologis).
Jadi bila dilihat dari hasil beberapa penelitian baik dalam hal rendahnya insidensi kejadian perdarahan intrakranial pada partus buatan dengan ekstraksi vakum, juga dalam hal tidak berpengaruhnya tingkat kecerdasan anak yang persalinannya melalui ektraksi vakum, yang dilakukan oleh tenaga profesional mempunyai tingkat kompetensi/kecakapan cukup, maka jelas tidak ada alasan lagi para ibu dalam hal kekuatiran akan terjadi komplikasi. Sebaiknya keluarga sang ibu terus/selalu berkonsultasi dengan dokter dalam setiap tindakan yang akan diambil dan bila pasien tidak bertanya sudah menjadi tugas dokter menjelaskan detail tindakan apa yang akan diambil beserta segala kemungkinan risiko.












BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Teknik melahirkan bayi menggunakan alat vakum telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi risiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954. Alat ekstraksi vakum dibuat dalam dua bentuk. Ada yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan. Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif,sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan. Penggunaan alat ektraksi vakum pada persalinan buatan hanya untuk tenaga tambahan bukan menggantikan tenaga mengejan ibu, kekuatan dan teknik dalam menarik kepala bayi inilah yang sering menjadi faktor risiko terjadi komplikasi terutama untuk bayi. Bila tarikan terlalu kuat berisiko terjadi perdarahan dibawah kulit atau perdarahan otak. Karena dilakukan tarikan kepala bayi dengan ala
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi Caesar, yang sudah tentu membutuhkan biaya relatif lebih besar dan risiko dari tindakan operasi terhadap ibu, bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum.
Hal yang sering membuat sang ibu takut anaknya dilahirkan dengan ekstaksi vakum adalah akibat terbentuknya kaput (kulit kepala anak yang menonjol) segera saat bayi lahir, sebenarnya kaput tersebut tak perlu dirisaukan sebab kaput tersebut memang harus ada untuk tempat kepala bayi tersebut. Seorang tenaga profesional dalam melakukan tarikan telah mempunyai feeling atau rasa dalam kekuatan tarikan yang diberikan, operator biasa dapat menilai apakah tarikan yang diberikan telah sesuai dengan menilai ada bagian kepala anak yang turun dari jalan lahir. Bila tarikan yang diberikan telah optimal tapi tidak signifikan dengan majunya kepala bayi, dokter/operator kemungkinan akan mempertimbangkan tindakan operasi Caesar, demi mencegah hal komplikasi yang tidak diinginkan


3.2 SARAN
Sebagai tanaga kesehatan kita harus mengetahui dan memahami tentang cara penggunaan, indikasi, prinsip-prinsip penggunaan vakum ekstraksi dalam pertolongan persalinan. Hal ini sangat penting ketika kita sebagai bidan menghadapi persalinan dengan penyulit dan jauh dari rumah sakit maka persalinan dengan vakum bisa digunakan tantunya dengan prosedur yang sudah kami jelaskan diatas.






























DAFTAR PUSTAKA
Azzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Bagian Obstetri dan Genokologi. (1997). Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: FKUI
Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI
Mochtar, Rustam. 1998. Sinpsis Obstetri. Jakarta : ECG.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan Keluarga Berencana untuk Pendidik Bidan. Jakarta : ECG..
Prawirohario, Sarwono. 2002. Asuhan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. Sastrawinata, Sulaiman. 1993. Obstetri Fisiologi. Bandung : Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
Varney, Helen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : ECG.
Medicastore.com
Ayurai.wordpress.com


* alhamdulillah jazakumullah untuk teman2 kel 3 atas kerjasama n kekompakkannya dlm mngerjakan tugas ini..^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar